Senin, 08 Juni 2015

7 Langkah Varney

A.  Pengertian
 Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien.

B.   Standar 7 langkah Varney, yaitu :
Langkah 1 : Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan khusus
d. Pemeriksaan penunjang
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan klien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.

Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.

Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi

Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.

Langkah V: Merencana Asuhan Secara Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologi.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.


Langkah VI: Implementasi
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien

Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik

Penerapan Manajemen Kebidanan Varney Dalam Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Resiko Tinggi Dengan Pre Eklamsi
Adapun penerapan manajemen kebidanan menurut Varney meliputi : pengkajian, intervensi data, masalah, potensial antisipasi, implementasi, intervensi, evaluasi.

Langkah I: Pengkajian
Pasien datang periksa darik kepala sampai ujung kaki termasuk sistem tubuh, penampilan umum dan status fisiologi. Pada pasien pre eklampsi (PE) ringan kita kaji terutama ke arah adanya tanda-tanda PR eklamsia antara lain
1. Data Subyektif
1) Biodata
Umur penting karena merupakan faktor predisposisi terjadinya (PE). Pada pre eklampsi berat dapat terjadi pada umur <20 tahun >35 tahun.
2) Keluhan pasien
Dijunjukkan pada data yang terutama mengarah pada tanda dan gejala yang berhubungan dengan pre eklampsia.
Pada keadaan ini klien mengeluh kepala pusing, kaki dan jari tangan bengkak.
3) Riwayat penyakit keluarga
Berkaitan dengan ini dikaji terutama mengenai penyakit hipertensi dan penyakit diabetes melitus (DM), dimana keduanya merupakan penyakit keturunan. Bila hal ini terjadi maka hipertensi yang timbul dapat dijadikan data yang bukan mengacu pada tanda pre eklampsi.
4) Riwayat Kesehatan Pasien
Ditujukan pada faktor-faktor penyakit yang diderita yang berkaitan dengan arah Predisposisi PE yaitu hipertensi.
5) Riwayat kebidanan
Dikaji terutama riwayat kehamilan yang lalu bagi multigravida apakah pada riwayat kehamilan yang lalu mengalami hal yang sama HPHT untuk menentukan umur kehamilan, karena PE terjadi pada umur kehamilan setelah 20 minggu.


6) Riwayat keluarga berencana
Terutama pada ibu dengan alkon hormonal, untuk mengetahui penggunaan alkon sebelum hamil karena hipertensi salah satu kontrak indikasi penggunaan alat kontrasepsi hormonal.
7) Riwayat perkawinan
Kemungkinan psikologis pasien sebagai penyebab terjadinya PE, meskipun merupakan penyebab yang belum jelas. Gangguan psikologis pada ibu dapat memacu timbulnya pre eklampsi dalam kehamilan.
8) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Perlu dikaji mengenai :
Pola nutrisi
Berkaitan dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang asih, atau mengkonsumsi makanan yang berlebihan sehingga terjadi kenaikan berat badan yang berlebihan, ini perlu dicurigai terjadinya pre eklampsi.
Pola aktifitas dan latihan
Dikaji karena dasar pengobatan pada PE adalah istirahat yang cukup, dengan ini tekanan darah dan oedema berangsur berkurang.
Pola persepsi kesehatan
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan usaha yang akan dilakukan ibu untuk menolong dirinya sendiri apabila terjadi PE.
Pola persepsi kognitif
Untuk mengkaji kemampuan daya ingat terhadap peristiwa yang pernah dialami pada masa lalu yang berkaitan dengan kejadian PE, kaitannya dengan riwayat obstetri yang lalu dan riwayat kehamilan sekarang.

Pola pertahanan diri
Bagaimana ibu dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya yang dapat mempengaruhi mmentalnya atau memperberat penyakitnya.
9) Keadaan psikologis
Terutama pada psikologis pasien yang tidak stabil karena ini salah satu faktor penyebab terjadinya PE, didalamnya terdapat data bagaimana keluarga, suami maupun dirinya sendiri menerima kehamiannya.
10) Pengetahuan pasien
Yang dikaji adalah berkaitan dengan pengetahuan pasien tentang pre eklampsia yang meliputi pengertian, resiko dan upaya pengobatan.
2. Data Obyektif
Dari data obyektif terutama dikaji mengenai
1) Tekanan darah
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan berat ringannya PE yaitu kenaikan sistolik 30 mm HG atau lebih diatas tekanan biasa, tekanan histolik naik 15 mm HG atau lebih atau menjadi 90 mm HG.
2) Berat badan
Pada pemeriksaan awal maupun ulang untuk mengevaluasi kenaikan BB yaitu bila kenaikan berat badan ½ kg per minggu dinyatakan normal, sedang berat badan dalam 1 minggu naik 1 kg sampai beberapa kali, ini perlu diwaspadai.
3) Muka/kaki dan jari tangan (Extremitas)
Pola PE akan terjadi oedema, pada PE ringan oedem biasanya belum terjadi, oedem terjadi karena penimbunan cairan umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh yang dijumpai pada muka, kaki maupun jari tangan.

4) Perkusi
Terjadinya spasme arteriol mempengatuhi pusat rangsang saraf diotak sehingga reflek patella tidak terjadi.
5) Auskultasi
Ditujukan untuk mengetahui keadaan janin didalam kandungan guna mendeteksi adanya gawat janin.
3. Data Penunjang
1) Laboratorium
Diarahkan untuk mengkaji protein urine, karena protein urine yang positif merupakan tanda dan gejala pre eklampsi.
2) Pemeriksaan dalam untuk menilai kemajuan persalinan.
3) UPD untuk mengetahui ada tidaknya kesempitan panggul.

Langkah II; Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan
a. Diagnosa Nomenklatur
Diagnosa ditetapkan berdasarkan data-data yang tekumpul dari pengkajian yaitu ;
G1 P0 A0,umur 21 th, hamil 39 minggu
Janin tunggal.hidup intra uterin
Presentasi kepala,sudah masuk PAP,puka
Dengan pre eklamsi ringan
Masalah kebidanan
Didasari dengan tanda-tanda yang terkumpul dari pengkajian maka masalah kebidanan yang dapat ditetapkan adalah
Peningkatan tekanan darah,dan gangguan psikologi yaitu cemas karena kondisi ibu.

Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
Diagnosa potensial yang kemungkinan muncul pada ibu bersalin dengan pre eklamsi ringan adalah pre eklamsi berat
Untuk mencegah terjadinya Pre eklamsi berat dilakukan pemantauan tekanan darah

Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera berdasarkan
Kondisi yang mungkin muncul adalah kegawatan pada janin yang perlu tindakan segara dengan oxygenasi dan melakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan atau pemberian therapy dan oxygenasi.

Langkah V: Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh
Perencanaan asuhan berkaitan dengan diagnosa dan masalah yang ditetapkan dan disusun secara prioritas yaitu :
1) Memberitahu tentang hasil pemeriksaan keadaan ibu dan janin
2) Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy dan pemeriksaan laboratorium.

Langkah VI : Implementasi
Pelaksanaan berdasarkan rencana yang disusun adalah:
1) Memberikan informasi tentang keadaan pasien.
2) Mengadakan kolaborasi dengan dokter, bila diperlukan.
3) Memberikan pengetahuan dan memberi motivasi terhadap tidak lanjut penaganan persalinannya.
Masalah
Kecemasan pasien terhadap keadaan dirinya dan janinnya diberikan penyuluhan dan konseling tentang pre eklamsi dan cara mengatasinya
Kebutuhan Masalah
Untuk pemeriksaan laboratorium, persalinan dan lain-lain akan berkolaborasi.


LangkahVII:Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk menilai pelaksanaan asuhan kebidanan mengacu pada diagnosa nomenklatur, masalah dan kebutuhan pasien telah dapat teratasi atau belum adalah:
1) Apakah pre eklamsi ringan berlanjut menjadi pre eklamsi berat?
2) Apakah terjadi kegawatan pada janin?
pakah kecemasan pasien teratasi?


PEMERIKSAAN FISIK DASAR

PEMERIKSAAN FISIK DASAR
By : Nazwar Hamdani R,S.Kep,Ns.,M.Kep


Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Fisik Dasar

Tujuan Instruksional Khusus :
1.      Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik kepala (mata, hidung,telinga, mulut)
2.      Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik leher
3.      Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dada
4.      Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik abdomen
5.      Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik genital
6.      Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik ekstremitas

Kasus
Seorang Perempuan G0P0A0usia 22 tahun datang ke poli kandungan dan kebidanan RS Respati Health Center, untuk melakukan ANC, kunjungan pertama.



Pertanyaan  
1.      Pemeriksaan apa saja yang di lakukan dikepala ?
2.      Pemeriksaan apa saja yang di lakukan di dada?
3.      Pemeriksaan apa saja yang di lakukan di abdomen?
4.      Pemeriksaan apa saja yang di lakukan di ekstremitas ?

DEFINISI
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu organ bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi)

CARA PEMERIKSAAN
A.    Inspeksi :
Yaitu memeriksa dengan melihat & mengingat, hasil yang di dapatkan berupa :
-          Kesan umum penderita : apakah tampak kesakitan/tidak, bagaimana cara  jalannya, ekspresi wajah, posisi tubuh,dll
-          Warna : warna permukaan tubuh yg dapat dilihat, mis : warna kulit, warna sklera
-          Bentuk : bentuk badan/anggota badan, mis : gemuk, kurus, berotot
-          Ukuran : perbandingan antara bagian tubuh/ukuran tubuh seluruhnya
-          Gerakan : gerakan normal/abnormal dari dinding dada sewaktu bernafas
-          Persiapan inspeksi :
o   Posisi pemeriksa disebelah kanan penderita, kecuali bagi pemeriksa yg kidal
o   Perhatikan pencahayaan/penerangan, cahaya matahari lebih baik dari pada cahaya lampu.
o   Suhu ruangan nyaman, tidak telalu dingin
o   Perhatikan privasi pasien (menutup pintu/memasang sampiran)

B.    Palpasi :
Palpasi adalah pemeriksaan dengan perabaan, mempergunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan, gambaran hasil yang didapatkan berupa:
-       Meraba permukaan tubuh,mis : halus, kasar, menonjol, datar, keras, lunak
-       Getaran/denyutan : denyut nadi, pukulan jantung pada dinding dada,dll
-       Keadaan organ visera : batas hepar/hati, masa abnormal.
Yang perlu diperhatikan saat palpasi :
-          Daerah yang diperiksa harus bebas dari gangguan yang menutupi
-          Yakinkan tangan pemeriksa tidak dingin à hindari kram bagi pasien yang sensitif, jika tangan dingin digosok-gosok terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan.
-          Cara meraba :
o   Jari telunjuk dan ibu jari : menentukan besarnya benda
o   Jari ke 2,3,4 : menentukan konsistens/garis besar kualitas benda
o   Seluruh telapak tangan : merasakan getaran
o   Sedikit tekanan dengan ujung/telapak jari : menemukan adanya rasa sakit yg dapat dilihat dari perubahan mimik muka/mendengarkan keluhan yg tertekan.

C.    Perkusi :
Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan dengan perantaraan jari tangan.
Tujuan : mengetahui keadaan organ di dalam tubuh, tergantung dari isi jaringan yang ada di bawahnya. Berdasarkan nada perkusi, terdapat 5 kualitas dasar suara :
1.   Pekak : dihasilkan pada organ masa padat, mis : perkusi paha
2.   Redup : suara perkusi hati
3.   Sonor : perkusi dari paru normal
4.   Hipersonor : perkusi paru yg emfisematous
5.   Timpani : perkusi dari lambung (seperti suara perkusi pipi yg dikembungkan)

D.    Auskultasi :
Auskultasi adalah mendengarkan suara yang terdapat dalam tubuh dengan bantuan alat yang disebut stetoskop. Alat ini berfungsi sebagai saluran pendengaran diluar tubuh untuk dapat meredam suara sekitarnya, pemeriksa dapat mendengar suara secara kualitatif & kuantitatif yang ditimbulkan oleh jantung, pembuluh darah dan usus.
Stetoskop terdiri :
1)Sisi membrane yang terdiri dari suatu membrane berdiameter 3,5-4 cm, untuk mendengarkan suara berfrekuensi tinggi, misal suara dalam cavum abdomen
2)   Sisi bel/“cup” yang berbentuk corong dan berdiameter 3,8 cm, untuk mendengarkan suara yang berfrekuensi rendah, misal  suara dalam cavum thorak.
3)Cur pieces/cur plug suatu pipa lentur yang berdinding tebal yang menghubungkan membrane dan bel ke ear pieces. Panjang pipa 25-30 cm
4)   Ear Pieces suatu penghubung bercabang 2 yang masuk ke dalam telinga

Putting on your stethoscope 
 
 
 

Stetoskop




MACAM PEMERIKSAAN
1)      Pemeriksaan Kepala

STANDART OPERATING PROCEDURE (SOP)
PEMERIKSAAN KEPALA

Nama Mahasiswa :……………………………………
No. Mahasiswa     :…………………………………...
No
Tindakan
NILAI
0
1
2


Tahap Pre Interaksi




1
Memvalidasi di catatan medis(nama pasien,diagnosa medis)




2
Cuci tangan




3
Mempersiapkan peralatan :
-          Pita ukur/metline
-          Sarung tangan
-          Senter





Tahap Orientasi





4
Memberi salam dan memperkenalkan diri




5
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan




6
Memberi kesempatan bertanya





Tahap Kerja





7

Atur posisi pasien





8

Pastikan pencahayaan cukup/menggunakan senter k/p





9
1)      Inspeksi kepala dan wajah :
-          Bentuk,ukuran kepala
-          Kontur / kesimetrisan
-          Tumor
-          Pigmentasi /perubahan kulit kepala
-          Lesi, ruam, pembengkakan,kemerahan




10
2)      Palpasi rambut, kulit wajah & muka:
·          Tebal & banyaknya rambut
·          Mudah/tidaknya rambut dicabut
·          Lesi & nyeri pada kulit kepala
·          Tumor
·          Tekstur dan kontur kulit wajah dan kepala
·          Tonus otot wajah
·          Palpasi nadi temporal (kekuatan & irama)




11
3)      Palpasi sendi temporo mandibular :
-          letakkan ketiga jari ditengah masing-masing tangan secara bilateral diatas setiap sendi, kemudian tekan dengan perlahan pada sendi saat klen membuka dan menutup mulutnya.
-          Evaluasi : kemampuan gerak sendi dan ketidaknyamanan





Tahap Terminasi




12
Mengevaluasi  Respon pasien




13
Kontrak waktu




14
Mencuci tangan





Dokumentasi





15
Mendokumentasikan : waktu & hasil pemeriksaan, nama pemeriksa





Total










2)      Pemeriksaan Mata:
Persiapan alat :
  1. Kartu snelenKindergarten/ E chart
  2. Penlight
  3. optalmoskop
  4. handscoon
  5. Penutup mata

Snellen Chartuamblyopia33ophthalmoscope
Snellen Chart/       Kindergarten & E chart                      Optalmoskop
Kartu snelen

Tehnik Pemeriksaan :
A.    Struktur mata Eksternal :
1.      Kelopak mata/palpebra dan bulu mata :
-        Persiapan :
§  posisi pasien dapat duduk/berbaring dengan pencahayaan cukup.
§  Persiapan alat
§  Perawat cuci tangan
§  Kenakan handscoon
§  Anjurkan pasien melihat lurus kedepan
-        Normalnya kelopak mata tidak ada edema, lesi dan kemerahan, lipatan palpebra simetris, tidak ada kelambatan penutupan palpebra, dapat menutup sempurna, lama berkedip secara involunter & bilateral sampai 20x/mnt
-        Normal bulu mata terdistribusi rata di sepanjang kelopak
2.      Aparatus lakrimalis :
-        Persiapan :
·         posisi pasien dapat duduk/berbaring dengan pencahayaan cukup.
·         Persiapan alat
·         Perawat cuci tangan
·         Kenakan handscoon
-        Normalnya Tidak ada inflamasi, pembengkakan dan air mata yang berlebihan, kelenjar tidak dapat diraba
3.      Konjungtiva :
Normal konjungtiva warna merah muda cerah, bebas eritema
Normal conjunctival reflection
Pemeriksaan Konjungtiva
4.      Sklera :
Normal warna sklera putih
5.      Kornea :
Kornea normal bercahaya, transparan & halus
6.      Pupil :
Pupil normal : hitam, bulat, regular & sama ukurannya (diameter 3-7 mm).
B.     Struktur Internal Mata :
-        Menggunakan optalmoskop untuk menginspeksi retina, koroid, discus saraf optikus, macula, fovea sentralis.
-        Persiapan :
·         posisi pasien dapat duduk/berdiri berhadapan dengan pemeriksa dengam mata sama tinggi
·         dilakukan di ruangan gelap
·         Persiapan alat
·         Perawat cuci tangan sebelum & setelah tindakan
·         Kenakan handscoon
·         Lepaskan kaca mata klien
normal exam
normal retina2
Gb. Pemeriksaan Struktur Internal Mata

Gb. Retina normal
C.    Pemeriksaan ketajaman mata :
-        Persiapan :
·   posisi pasien dapat duduk/berdiri dengan pencahayaan cukup dari arah belakang pasien.
·   Jarak antara pasien dengan kartu snelen : 6 meter
·   Lepaskan alat bantu baca, mis : kaca mata, kontak lens
·   Persiapan alat : kartu snelen, penutup mata
-        Penilaian :
·      Normal : 6/6 : pasien dapat melihat pd jarak 6 meter yang juga dapat dilihat pada orang normal pd jarak 6 meter
·      6/10 : pasien dapat melihat pd jarak 6 meter, sedangkan pada orang normal dapat dibaca pada jarak 10 meter


D.    Pemeriksaan lapang pandang

STANDART OPERATING PROCEDURE ( SOP)
PEMERIKSAAN MATA

Nama Mahasiswa :……………………………………
No. Mahasiswa     :…………………………………...
No
Tindakan
Skore
0
1
2

Tahap Pre Interaksi



1
Memvalidasi catatan medis



2
Cuci tangan



3
Mempersiapkan peralatan :
a.   Kartu snelen
b.   handscoon
c.   Penlight
d.  optalmoskop
e.   handscoon




Tahap Orientasi




4
Memberi salam dan memperkenalkan diri



5
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan



6
Memberi kesempatan bertanya




Tahap Kerja




7

Atur posisi pasien dapat duduk/berbaring




8

Atur pencahayaan ruangan cukup




9
Perawat cuci tangan & menggenakan handscoon



10
§  Kelopak mata/palpebra :

Inspeksi warna, posisi, kondisi permukaan, kondisi & arah bulu mata, serta kemampuan klien untuk membuka, menutup mata dan berkedip




11
§  Aparatus lakrimalis :
-                    Kelenjar air mata :  berada didinding luar bagian anterior orbital
-                    Kaji adanya  edema, kemerahan & nyeri tekan



12
o   Konjungtiva :
-     Kelopak mata diretraksi ke bawahdengan ibu jari & jari telunjuk tanpa memberi penekanan pada bola mata, klien diminta untuk melihat keatas
-     Kaji warnanya, apakah  anemis, hiperemis.
-     kaji tekstur & adanya lesi.



13
Sklera :
-     kelopak mata diretraksi ke atas dengan ibu jari &  jari telunjuk tanpa memberi penekanan pada bola mata, klien diminta untuk melihat kebawah
-    Kaji warnanya, apakah  ada ikterik/kekuningan.



14

Kornea :
Kaji kejernihan, tekstur dengan bantuan penlight



15
Pupil :
-     Perawat mengarahkan  penlight dari sisi wajah klien kemudian diarahkan kepupil, bergantian dengan pupil yang satunya
-     Kaji ukuran, bentuk, kesamaan, akomodasi & reaksi terhadap cahaya.



16
§  Struktur Internal Mata :
-    posisi pasien dapat duduk/berdiri berhadapan dengan pemeriksa dengan mata sama tinggi
-    Lepaskan kaca mata klien
-    Inspeksi ukuran,warna & kejernihan discus, integritas pembuluh, adanya lesi dengan mengunakan optalmoskop



17
§  Pemeriksaan ketajaman mata :
-    posisi pasien dapat duduk/berdiri dengan pencahayaan cukup dari arah belakang pasien.
-    Jarak antara pasien dengan kartu snelen : 6 meter
-    anjurkan pasien menutup salah satu mata tanpa menekan mata
-    Pasien disuruh membaca huruf dikartu snelen pada jarak 6 meter dimulai dg huruf terkecil sampai huruf yang dapat dibaca
-    Diulang pada mata di sebelahnya



18

§  Pemeriksaan lapang pandang :
-     Pasien duduk pada jarak 60 cm (2kaki) menghadap perawat sejajar dengan mata pemeriksa
-     Pasien menutup satu mata (mis:mata kiri) dan perawat/pemeriksa menutup matanya yang berlawanan dg pasien (mata kanan). pemeriksa menggerakkan jari/benda mulai dari luar lapang pandang ke dalam lapang pandang (mis :dari belakang kepala klien) dan klien diminta untuk memberitahukan pemeriksa jika sudah dapat melihat jari/benda tersebut
-     Jika perawat melihat jari tersebut sebelum klien melihatnya berarti lapang pandang klien menurun




Tahap Terminasi



19
Evaluasi respon pasien



20
Kontrak waktu



21
Mencuci tangan




Dokumentasi



22
Mencatat semua hasil pemeriksaan, tanggal & jam pemeriksaan & nama pemeriksa




Total





3)           Pemeriksaan Telinga :
Pemeriksaan Telinga luar :
(a)   Aurikula :
Aurikula normal  sejajar, simetris, titik atas perlekatan berada pada satu garis lurus dg kantus lateral/sudut mata, warna sama dengan wajah, halus tanpa lesi & nyeri tekan
(b)   Kanal telinga luar ;
Normal tidak terdapat sumbatan/membengkak, serumen warna kuning kecoklatan
(c)    Membran timpani :
Normal putih keabu-abuan mengkilat seperti mutiara saat terkena dari cahaya otoskop, bebas dari robekan dan retakan
Otoscope
Otoscopic Exam
Otoskop
Pemeriksaan dengan Otoskop

Ketajaman pendengaran :
o   Tes berbisik
o   Tes garpu talla :
1.      Rinne (perbandingan konduksi udara & tulang) :
2.      Weber (lateralisasi udara) :
head/neck weber picture

head/neck rinne
head/neck rinne
Weber
Rinne

STANDART OPERATING PROCEDURE ( SOP)
PEMERIKSAAN TELINGA

Nama Mahasiswa :……………………………………
No. Mahasiswa     :…………………………………...
No
Tindakan
NILAI
0
1
2w

Tahap Pre Interaksi



1
Memvalidasi catatan medis



2
Cuci tangan



3
Mempersiapkan peralatan :
-    Handscoon
-    Penlight
-    Otoskop
-    Speculum telinga




Tahap Orientasi




4
Memberi salam dan memperkenalkan diri



5
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan



6
Memberi kesempatan bertanya




Tahap Kerja




7
Pemeriksaan Telinga luar :
(d)Aurikula :
Kaji bentuk, ukuran, kesimetrisan, posisi, warna, tekstur, nyeri tekan, lesi



8
(e) Kanal telinga luar ;
Untuk meluruskan kanal telinga :
-Anak : tarik aurikula ke belakang & ke bawah
-Dewasa : tarik aurikula ke belakang & keatas
inspeksi lubang kanal telinga, kaji ukuran, cairan, bau dengan menggunakan otoskop



9
(f)  Membran timpani :
Inspeksi Membran timpani dg menggunakan   cahaya otoskop



10
Pemeriksaan Ketajaman pendengaran :
o   Tes berbisik :
Jarak pemeriksa dg penderita 30-60cm, telinga di periksa satu persatu dg tes berbisik dan pasien disuruh mengulang kata-kata yang telah dibisikan
o   Tes garpu talla :
1.      Rinne (perbandingan konduksiudara & tulang) :
·           Pegang garputala dibagian dasarnya & ketukkan secara perlahan ditumit telapak tangan
·           Tempatkan bagian dasar garputala yg sedang bergetar di verteks garis tengah kepala klien/garis tengah dahi
·           Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama di kedua telinga atau lebih baik disalah satu telinga
2.    Weber (lateralisasi udara) :
·           Pegang garputala dibagian dasarnya & ketukkan secara perlahan ditumit telapak tangan
·           Tempatkan batang garputala di prosesus mastoiddeus klien
·           Mulai menghitung interval dg jam tangan
·           Minta klien untuk tidak memberitahu  jika bunyi tidak lagi terdengar, letakkan denan cepat garpu yg masih bergetar 1-2 cm di depan kanal telinga & meminta klien untuk memberitahujika bunyi tidak lagi terdengar, teruskan menghitungwaktu saat bunyi terdengar karena konduksi udara
·           Bandingkan  waktu konduksi udara & konduksi tulang




Tahap Terminasi



11
Mengevaluasi  Respon pasien



12
Kontrak waktu



13
Mencuci tangan




Dokumentasi




14
Mendokumentasikan ; hasil & waktu pemeriksaan,tanda tangan &  nama pemeriksa, respon pasien saat dan setelah pemeriksaan




Total





4)           Pemeriksaan Hidung :
1.      Hidung eksternal :
Normal : halus simetris, warna sama dengan wajah, septum dekat dg garis tengah, bagian anterior lebih tebal dr posterior
2.      Nares anterior  :
Normal : mukosa warna merah muda lembab tanpa lesi
3.      Sinus

STANDART OPERATING PROCEDURE ( SOP)
PEMERIKSAAN HIDUNG
Nama Mahasiswa …………………………………………………………..
No. Mahasiswa     :………………………..........................................................
No
Tindakan
NILAI
0
1
2

Tahap Pre Interaksi



1
Memvalidasi catatan medis



2
Cuci tangan



3
Mempersiapkan peralatan :
-       Speculum hidung
-       Penlight
-       Handscoon




Tahap Orientasi




4
Memberi salam dan memperkenalkan diri



5
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan



6
Memberi kesempatan bertanya




Tahap Kerja




7
1)        Hidung eksternal :
·         kaji bentuk, ukuran,warna kulit, adanya deformitas/inflamasi hidung
·         inspeksi septum : kesejajaran, adanya perforasi, perdarahan
2)        Nares anterior  :
·                     kaji  warna mukosa, lesi, pembengkakan, perdarahan, sekresi hidung
·                     Kaji adanya sumbatan : klien menyumbat salah satu lubang hidung dan dianjurkan bernafas dengan mulut tertutup kemudian di ulang pada lubang hidung sebelahnya
3)        Sinus :
·         Palpasi area fasialis frontal & maksiler, area frontal (di bawah alis)
·         Transluminasi :
-       Sinus maksilaris:
Dg menggunakan senter kecil/transluminator sinus pemeriksa menempatkan cahaya lateral pada hidung klien tepat di medialis mata, saat klien membuka mulut,perawat melihat palatum 
-            Sinus  frontalis :
Dg menggunakan senter kecil/transluminator sinus pemeriksa menempatkan cahaya lateral pada supra orbital (tepat di bawah alis), normal : terlihat cahaya diatas alis




Tahap Terminasi



8
Mengevaluasi  Respon pasien



9
Kontrak waktu



10
Mencuci tangan




Dokumentasi




11
Mendokumentasikan : hasil & waktu pemeriksaan,respon pasien saat & setelah pemeriksaan, tanda tangan & nama pemeriksa




Total






5)           Pemeriksaan mulut :
(1)   Bibir :
Normal bibir warna merah muda, lembab, simetris & halus
(2)   Mukosa bukal, gusi & gigi
·         Mukosa bukal : normal warna merah muda, halus, lembab
·         Gusi normal : warna merah muda, halus, lembab, melekat erat di gigi
·         Gigi : Kaji posisi, kesimetrisan, warna, karies gigi, gigi yang tanggal
(3)   Lidah :
Normal : merah muda/sedang, lembab, sedikit kasar pada permukaan & halus sepanjang tepi lidah
(4)   Palatum :
Normal  warna merah muda,tidak ada defek pada palatum mole & durum

6)           Pemeriksaan Faring :
1)      Faring :
Normal : warna merah muda, bentuk simetris,tdk ada edema, tidak ada lesi
normal mouth
normal mouth
Pemeriksaan Pharing



STANDART OPERATING PROCEDURE ( SOP)
PEMERIKSAAN MULUT & FARING

Nama Mahasiswa :……………………………………
No. Mahasiswa     :…………………………………...
No
Tindakan
NILAI
0
1
2

Tahap Pre Interaksi



1
Memvalidasi catatan medis



2
Cuci tangan



3
Mempersiapkan peralatan :
-    Tongue spatel/spatel lidah
-    Handscoon
-    Penlight




Tahap Orientasi




4
Memberi salam dan memperkenalkan diri



5
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan



6
Memberi kesempatan bertanya




Tahap Kerja




7
1.       Bibir :
-Persiapan Pemeriksaan : anjurkan klien untuk menghapus lipstick sebelum pemeriksaan
-Kaji warna, tektur, hidrasi



8
2.       Mukosa bukal, gusi & gigi :
-     Persiapan pemeriksaan : anjurkan klien untuk melepas gigi palsunya & membuka mulutnya k/p mengunakan spatel lidah, perawat menggunakan handscoon
-     Mukosa bukal : kaji warna, hidrasi,tekstur,lesi, mukosa normal warna merah muda,halus,lembab
-     Gusi : kaji warna, edema, retraksi, perdarahan, lesi. Normal : warna merah muda, halus,lembab,melekat erat di gigi
-     Gigi : Kaji posisi, kesimetrisan,warna,karies gigi, gigi yang tanggal



9
3.       Lidah :
-                     Kaji warna, ukuran, posisi, tekstur, lesi. Normal : merah muda/sedang,lembab,sedikit kasar pada permukaan & halus sepanjang tepi lidah



10
4.       Palatum :
Kaji warna, bentuk tekstur,adanya tonjolan tulang,defek pada palatum mole & durum



11
5.       Pemeriksaan Faring :
-     Klien sedikit menengadahkan kepala ke belakang, membuka mulut dg lebar
-     Perawat menempatkan ujung spatel lidah di bagian sepertiga tengah dari tengah
-     Dengan menggunakan senter, inspeksi uvula, tonsil & palatum lunak Inspeksi warna, kontur, edema, lesi




Tahap Terminasi



12
Mengevaluasi  Respon pasien



13
Kontrak waktu



14
Mencuci tangan




Dokumentasi




15
Mendokumentasikan : hasil & waktu pemeriksaan, tanda tangan & nama pemeriksa, respon pasien




Total





7)   Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan leher :
-       Bentuk leher, warna kulit, posisi trakea
-       Kelenjar limfe
-       Kelenjar thyroid

Lymph nodes of the head and neck

Gb. Kelenjar Limfe


.Thyroid Exam
head/neck palpation

Pemeriksaan Kelenjar Thyroid
Pemeriksaan Kelenjar Limfe

thyroid anatomy
Lokasi Kelenjar Throid


STANDART OPERATING PROCEDURE ( SOP)
PEMERIKSAAN LEHER

Nama Mahasiswa :……………………………………
No. Mahasiswa     :…………………………………...
No
Tindakan
NILAI
0
1
2

Tahap Pre Interaksi



1
Memvalidasi catatan medis



2
Cuci tangan



3
Mempersiapkan peralatan :
o    




Tahap Orientasi




4
Memberi salam dan memperkenalkan diri



5
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan



6
Memberi kesempatan bertanya




Tahap Kerja




7
·        Inspeksi :
-  Pembengkakan
-  Perubahan warna kulit leher
-  Bentuk leher dari depan,samping,belakang
-  Kesimetrisan leher bagian kanan dan kiri

 




7
·        Palpasi :
-     Pembengkakan/pembesaran glandula limfatika (lokasi, ukuran dan konsistensi)
-     Raba nadi karotis komunis kanan & kiri (2-3 cm sebelah lateral jakun)
-     Kelenjar tiroid :
-       Raba fosasuprasternal dengan jari 2,3 & 4
-       Anjurkan penderita untuk menelan
-       Catat adanya pembesaran, konsistensi, pulsasi
-       Ukur lingkaran leher melalui vertebra cervicalis 7 dan ruangan di bawah kartilago tiroidea.
·        Auskultasi :
-       Letakan stetoskop pada daerah larynx tepat di atas tepi atas sternum
-       Cobalah mendengarkan suara vaskuler yang menunjukkna adanya kelainan kelenjar tiroid
-       Kemudian letakkan stetoskop pada tempat pulsasi arteri karotis komunis dan dengar adanya bising




Tahap Terminasi



8
Mengevaluasi  Respon pasien



9
Kontrak waktu



10
Mencuci tangan




Dokumentasi




11
Mendokumentasikan : hasil & waktu pemeriksaan, tanda tangan & nama terang pemeriksa,respon pasien saat & setelah pemeriksa




Total






8)      Pemeriksaan Thorax
a.                                                                              Batas Paru:
-          Apex paru terletak kurang lebih 2‑4 cm diatas sepertiga medial klavikula.
-          Batas bawah paru menyilang kosta, ke 6 pada linea midclavikula, dan menyilang kosta ke 8 pada linea midaxilaris.
-          Pada dinding belakang batas bawah adalah pada level prosesus spinosus vertebra thorakalis ke 10.
-          Batas ini dapat turun sampai ke vertebra thorakalis ke 12 pada inspirasi dalam.
                                                        
b.                                                                              Suara nafas :
-       Suara nafas berasal dari saluran nafas besar yang melalui paru diteruskan ke dinding dada, dapat didengar dengan stetoskop.
-       Normal suara nafas adalah suara lembut dengan frekuensi rendah pada waktu inspirasi dan akan melemah dan kemudian menghilang pada awal ekspirasi. Suara ini disebut suara vesikuler.
-       Dengarkan di daerah dada bagian bawah, di linea midaxilaris, atau sedikit lebih ke belakang. Walaupun suara ekspirasi terdengar pendek pada kenyataannya, ekspirasi berlangsung lebih lama daripada yang terdengar.
-       Apabila anda mendengarkan suara nafas di dekat trachea (misalnya diatas manubrium, atau diantara, scapula) suara yang terdengar akan lebih keras, dan bernada lebih tinggi. Perbedaan suara, ini lebih jelas terdengar pada waktu ekspirasi. Suara ini disebut suara nafas bronkhiale.
-       Apabila suara ini terdengar di daerah yang terletak jauh dari sumber suara nafas maka merupakan suatu kelainan
-       Perhatikan bahwa dalam menilai kualitas suara nafas kita harus memperhatikan durasi, nada intensitasnya. Karakteristik bunyi nafas

Suara
Nafas
Durasi Inspirasi &
Ekspirasi
Nada

Lokasi normal
Vesikuler
Inspirasi > lama dari ekspirasi
Rendah,halus, rendah
Semua bagian paru yang jauh dari Trakhea dan bronkhi besar
Bronkhial
ekspirasi > Inspirasi
Tinggi & kasar
sterni atau scapulae
Bronko vesikuler
inspirasi = ekspirasi
lebih kasar
dipercabangan bronkus&trakea
Trakeal
inspirasi=ekspirasi
nada sangat tinggi&keras
terdengar diatas trakea

9)      Jantung  :
-        Ventrikel kiri  penting secara klinis, karena merupakan batas kiri jantung dan menentukan iktus kordis.
-        lktus kordis ini adalah suatu denyutan sistolis sekilas yang biasanya ditemukan pada spatium interkosta ke‑5 7‑9 cm dari linea. Midsternalis.
-        Suara Jantung :
·           Pada waktu ventrikel mulai berkontraksi, tekanan di dalamnya dengan tiba‑tiba meningkat melebihi tekanan arterial, sehingga suara jantung pertama menyebabkan katup mitral tertutup. Penutupan katub mitral ini yang menyebabkan (S1)
·           Pada waktu tekanan di dalam ventrikel terus bertambah, tekanan menjadi lebih besar dari pada tekanan diastolik di aorta, menyebabkan terbukanya katub aorta. Membukanya katub aorta tidak selalu terdengar, tetapi pada beberapa keadaan patologis, suara ini terdengar disertai oleh suara pancaran dari awal sistolik
·           Pada awal ventrikel memompakan sebagian darahnya, tekanan ventrikel menjadi turun. Pada waktu tekanan ventrikel berada di bawah tekanan aorta, katub aorta menutup. Menutupnya katub aorta ini menyebabkan timbuInya suara jantung kedua (S2)
·           Ketika tekanan di dalam ventrikel terus menurun selama relaksasi ventrikel sehingga lebih rendah daripada tekanan aorta, katub mitral akan terbuka. Biasanya ini tidak terdengar, tetapi kadang­-kadang terdengar sebagai opening snap pada keadaan stenosis mitralis.
·           Periode berikutnya adalah pengisian darah ke ventrikel dengan cepat pada waktu diastole awal dimana darah mengalir dari atrium ke ventrikel. Pada anak‑anak atau dewasa muda suara ini bisa terdengar sebagai suara jantung ketiga (S3).
·           Akhimya, walaupun tidak terdengar pada dewasa normal, suara jantung keempat menandai kontraksi atrium. Suara ini sedikit mendahului suara jantung pertarna

10)  Pemeriksaan Dada (Thorax)
Tujuan :    Mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi darI dada dan alat‑alat dalam yang ada di dalam dada dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
a.      Inspeksi
b.      Palpasi :
·      Paru bagian depan
Rasakan gerakan dada, bandingkan pengembangan paru kanan dan kiri
·      Paru bagian belakang :
Pemeriksaan vokal fremitus, Ukur lingkaran dada pada saat inspirasi kuat dan ekspirasi kuat
lung excursion

·      Pemeriksaan Jantung (dada depan):
a.       Apabila ada kelainan pembesaran jantung (cardiomegali), maka iktus kordis akan bergeser sesuai kelainannya.
b.      Catat adanya vibrilasi (thrillis)pada daerah atas.
cardiac pmi
Palpasi Iktus Cordis
c.       Perkusi
§  Tujuan:
‑     Mengetahui batas‑batas, ukuran, posisi, dan kualitas jaringan atau alat (paru, jantung) yang berada didalamnya.
‑     Mengetahui apakah organ yang kita perkusi berisi udara, cairan, atau masa padat. Walaupun demikian, perkusi hanya menembus sedalam 5‑7 cm saja, sehingga tidak dapat mendeteksi lesi yang letaknya dalam.
§  Tekhnik perkusi:
-          Hiperextensikan jari tengah tangan kiri anda
-          Tekankanlah sendi inter falangeal kuat‑kuat pada permukaan yang diperkusi.
-          Hindarkan kontak dengan bagian tangan yang lain, karena akan mengganggu suara yang dihasilkan.
-          Gunakanlah ujung jari tangan kanan anda, dengan posisi yang sedapat mungkin tegak lurus dengan jari yang diketok
-          Dengan kuat, tajam, dan dengan gerakan pergelangan yang santai, ketoklah ujung jari tengah kiri dengan ujung jari tengah kanan anda, dengan demikian anda meneruskan getaran dari tulang jari tengah anda ke jaringan yang anda perkusi. 
-          Sesudah mengetok, cepat angkat lagi tangan kanan anda, agar tidak mengganggu getaran yang telah anda ciptakan.
§  Paru –paru :
Tujuan :  Untuk mendapatkan kesan batas‑batas pengembangan paru dan derajat elastisitas paru serta pleura
d.      Auskultasi Paru :
Tujuan : Menentukan ada tidaknya perubahan dalam saluran pernafasan maupun paru‑paru


STANDART OPERATING PROCEDURE ( SOP)
PEMERIKSAAN JANTUNG DAN PARU

Nama               :..................................................................................................
No. Mhs.         :..................................................................................................
No
Aspek yang Dinilai
Nilai


0
1
2

Tahap Pre Interaksi



1
Memvalidasi catatan medis



2
Cuci tangan



3
Mempersiapkan peralatan :
o   Stetoskop
o   Metline
o   Handscoon k/p
o   Lampu sorot k/p




Tahap Orientasi




4
Memberi salam dan memperkenalkan diri



5
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan



6
Memberi kesempatan bertanya




Tahap Kerja




7

Tutup pintu/tirai/pasang sampiran




8

Bantu pasien melepas baju atas




9
Inspeksi Thorax :
-     Dari Depan :
-  Perhatikan bentuk dada (iga, sternum, dan kolumna vertebralis)
-  Kaji adanya deviasi
-  Perhatikan interkostal: mencekung/ retraksi saat inspirasi
-  Cari adanya pulsasi (Iktus kordis)
-  Cari adanya bendungan venosa dari depan
-  Perhatikan klavikula, fosa supra dan infraklavikular
-  Catat adanya kelainan jumlah dan bentuk iga
-     Dari belakang :
‑  Perhatikan letak dan bentuk skapula (Ujung bawah skapula terletak  setinggi VT 8)
-    Perhatikan jalan dan bentuk kolumna vertebralis (catat adanya kifosis, skoliosis dan lordosis)



10
Palpasi :
·                     Paru bagian depan :
·      Letakkan kedua telapak tangan di dada depan
·      Penderita diminta menarik nafas
·      Rasakan gerakan dada, bandingkan pengembangan paru kanan dan kiri
·                     Paru bagian belakang :
  • letakkan telapak tangan dipunggung, rasakan dan bandingkan gerakan nafas kanan dan
  • kiri
  • Pemeriksaan vokal fremitus:
  • Penderita diminta untuk mengatakan angka 88
  • Kemudian letakkan kedua tangan pada bagian belakang
  • dada dan bandingkan getarannya/fremitus suara antara  
  • kanan dan kiri
  • Ukur lingkaran dada pada saat inspirasi kuat dan ekspirasi kuat
·                     Jantung (dada depan):
  • palpasi interkostal 4 dan 5 dengan keempat jari tangan kanan, ibu jari di linea medio
  • klavikularis kiri, rasakan pulsasi yang ada (Iktus kordis)



11
Perkusi :
§  Paru bagian depan :
-      Lakukan perkusi dari fosa supra klavikula  ke bawah,bandingkan  kanan dan kiri
-      Lanjutkan perkusi sampai suara sonor hilang
-      Penderita diminta bernafas dalam
-      Kemudian mintalah penderita untuk mengangkat kedua belahtangan dan lakukan perkusi mulai dari ketiak­
-      Pada penderita sehat batas hilangnya suara sonor akan bergeser ke Bawah
-      Perbedaan daerah hilangnya suara sonor merupakan besarnyaperkembangan paru
§  Menentukan batas paru dan hati :
o Penderita tetap berbaring
o lakukan perkusi, di daerah mana merupakan
batas paru dan hati,suara sonor akan berubah
o menjadi redup/pekak.
o Berilah tanda pada batas tersebut.
§  Paru bagian belakang :
·         Penderita diminta duduk tegak
·         Mulailah dari atas ke bawah secara sistematis
  • Bandingkan kanan dan kiri (biasanya daerah perkusi paru kanan lebih tinggi hilangnya dari daerah kiri, karena adanya hati).
·         Tepi bawah paru umumnya didapatkan pada setinggi prosessus
·         spinosus VT ke 10 atau 11
·         Tentukan pula gerakan pernafasan



12
Auskultasi :
§                                  Auskultasi Paru :
§   Pasien diminta menarik nafas pelan‑pelan dengan mulut terbuka.
§   Lakukan auskultasi secara sistematik, dengarkan tiap kali secara lengkap satu periode dan ekspirasi.
§   Bandingkan kanan dan kiri
§   Mulailah di daerah depan diatas klavikula.
§   Setelah mendengarkan daerah ini, teruskan auskultasi di bagian belakang dada, mulai dari atas ke bawah sesuai gambar di samping.
§   Perhatikan apabila ada perubahan suara.
§   Tentukan secara pasti lokasi perubahan suara.



13
§                        Auskultasi Jantung :
‑     Penderita dalam posisi berbaring dengan sudut 30 derajat
‑     dan  bernafas biasa dalam suasana relaks
‑     Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung, baru perhatikan adanya suara tambahan
‑     Mulailah auskultasi pada beberapa tempat :
-     di daerah apeks (dengan bagian bell)
-     di ruang interkostal 2 kiri kearah stenum
-     di ruang interkostal 4 dan 5 kiri ke arah sternum (dengan bagian bell)
-     Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung
-     Perhatikan adanya suara‑suara tambahan atau suara yang pecah.




Tahap Terminasi



14
Mengevaluasi  Respon pasien



15
Kontrak waktu



16
Mencuci tangan




Dokumentasi




17
Mendokumentasikan : hasil dan waktu pemeriksaan,tanda tangan & nama pemeriksa, respon pasien saat dan setelah pemeriksaan




Total Skore




11)  PEMERIKSAAN ABDOMEN
Adomen dapat di agi menjadi 4 kuadaran menurut 2 garis imajiner yang saling tegak lurus dan berpotongan di umbilicus :
a.       Kuadran kanan atas
b.      Kuadran kanan bawah
c.       Kuadran kiri atas
d.      Kuadran kiri bawah

Akan tetapi dapat digunakan system pembagian lain, yang membagi abdomen menjadi 9 bagian
a.       Hypochondric kanan
b.      Epigastrik
c.       Hypochondric kiri
d.      Lumbar kanan
e.       Umbilical
f.       Lumbar kiri
g.      Iliac kanan
h.      hypogastrik
i.        Iliac kiri




Inspeksi          :
1.      kulit abdomen : adakah sikatrik, striae, pelebaran vena, rash dan  lesi.
2.      umbilicus : bentuk dan lokasi, apakah ada tanda-tanda inflamasi/hernia
3.      permukaan (countur) abdomen : termasuk daerah inguinal dan femoral (datar, bulat, protuberant/scapoid. Penonjolan melengkung akibat acites, penonjolan suprapubik karena kehamilan/kandung kemih penuh, tonjolan asimetris akibat pembesaran organ setempat/masa
4.      pembesaran organ : perhatikan penonjolan hepar/lien di bawah arcus costa pasien saat inspirasi dalam
5.      pulsasi aorta : terkadang dapat terlihat daerah epigastrium

Auskultasi      :
1.      Peristaltic usus :
-          Perhatikan karakter & frekuensi peristaltik usus
-          frekuensi normal 5-35x/mnt
2.      Bising sistole & diastole :
-          Bising sistole & diastole di daerah epigastrium, kuadran kanan & kiri atas
-          Bising sistole & diastole menunjukan adanya stenosis arteri renalis

Palpasi            :
Tujuan :
·         Mengetahui ketegangan otot
·         Mengetahui nyeri tekan abdomen
·         Mengetahui organ/masa superficial
Pemeriksaan Hepar :
Normal hepar : lunak tegas, tidak berbenjol-benjol
Lien :
Normal lien tidak teraba
Ginjal :
Normal lien tidak teraba, dapat teraba pada orang kurus

Perkusi           :
Tujuan :
-    Untuk mengetahui ukuran hepar,lien
-    Untuk mengetahui adanya asites
-    Untuk mengetahui masa padat/kistik
-    Untuk mengetahui adanya udara pada lambung & usus


STANDART OPERATING PROCEDURE ( SOP)
PEMERIKSAAN ABDOMEN

Nama Mahasiswa :……………………………………
No. Mahasiswa     :…………………………………...
No
Tindakan
NILAI
0
1
2

Tahap Pre Interaksi



1
Memvalidasi catatan medis pasien



2
Cuci tangan



3
Mempersiapkan peralatan :
o   Stetoskop
o   Handscoon




Tahap Orientasi




4
Memberi salam dan memperkenalkan diri



5
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan



6
Memberi kesempatan bertanya




Tahap Kerja




7
Inspeksi :
o  kulit abdomen : warna, keutuhan
o  umbilicus : bentuk,warna dan lokasi
o  permukaan (countur) abdomen : daerah inguinal dan femoral
o  pembesaran organ



8
Auskultasi :
o  Perhatikan karakter & frekuensi peristaltik usus
o  Dengarkan Bising sistole & diastole di epigastrium, kuadran kanan & kiri atas.



9
Palpasi :
·         Hepar :
·      Letakkan tangan kiri di belakang pinggang menyangga kosta ke 11 & 12 dengan posisi sejajar dengan kosta, ajurkan pasien untuk rileks, tangan kanan mendorong hepar ke atas dan kedalam dengan lembut
·      Anjurkan pasien inspirasi dalam & rasakan sentuhan hepar saat inspirasi, jika teraba sedikit kendorkan jari & raba permukaan anterior hepar
·         Lien :
·      Letakkan tangan kiri menyangga & mengangkat kosta bagian bawah sebelah kiri pasien
·      Tangan kanan diletakkan di bawah arcus costa, lakukan tekanan kearah lien
·      Anjurkan pasien untuk inspirasi dalam & rasakan sentuhan lien pada ujung jari, perhatikan apakah ada nyeri tekan, bagaimana permukaannya, perkirakan jarak antara lien  dengan batas terendah dari kosta kiri terbawah.
Ginjal: :
     1. Ginjal kanan :
o    Letakkan tangan kiri di pinggang pasien, paralel pada kosta ke 12, dengan ujung jari anda menyentuh sudut kostovertebral
o    Angkat dan dorong ginjal kanan ke depan
o    Letakkan tangan kanan di kuadran kanan atas di sebelah lateral sejajar terhadap otot rektus, anjurkan pasien untuk nafas dalam
o    Waktu puncak inspirasi tekanlah tangan kanan anda dalam-dalam ke kuadran kanan atas, dibawah arcus costa & cobalah untuk ”menangkap” ginjal di kedua tangan kanan & rasakan bagaimana ginjal kembali ke posisi waktu ekspirasi, apabila ginjal terab tentukan ukurannya, ada tidaknya nyeri tekan
o         2. Ginjal kiri :
o  Gunakan tangan kanan untuk menyangga & mengangkat dari belakang
o  Tangan kiri untuk meraba pada kauadran kiri atas, lakukan pemeriksaan seperti
pemeriksaan ginjal kanan



8
Perkusi :
·         Hepar :
o    Garis midklavikula kanan mulai dari bawah umbilikus keatas, sampai terdengar suara redup yang merupakan batas bawah hepar
o    Lakukan perkusi dari daerah paru ke bawah untuk menetukan batas atas hepar, ukurlah berapa sentimeter tinggi daerah redup hepar tersebut                          
·         Lien :
o    Perkusi daerah intercosta terbawah di garis axilaris anterior kiri, kemudian minta pasien untuk inspirasi panjang & lakukan perkusi lagi, jika lien tidak membesar suara perkusi tetap timpani, apabila suara menjadi redup saat inspirasi berarti ada pembesaran lien
o    Perkusi lien dari berbagai arah, jika diketemukan daerah redup yang luas berarti terdapat pembesaran lien




Tahap Terminasi



9
Mengevaluasi  Respon pasien



10
Kontrak waktu



11
Mencuci tangan




Dokumentasi




12
Mendokumentasikan : hasil & waktu pemeriksaan, nama & tanda tangan pemeriksa, respon pasien saat & setelah pemeriksaan




Total























PEMERIKSAAN NEUROLOGI

1.      Test Fungsi Cerebral/kortikal
a.      Pemeriksaan tingkat kesadaran :
Menggunakan Glascow Coma Scale (GCS), berdasarkan penilaian respon mata, bicara & motorik.

Aspek
Respon
Nilai
EYE
Membuka mata spontan
4

Membuka dengan verbal
3

Membuka dengan rangsang nyeri
2

No respon
1
VERBAL
Orientasi baik
5

Membentuk kalimat tapi kacau (bingung)
4

Mampu mengucap kata tapi tidak dapat membentuk kalimat
3

Mengeluarkan suara, kata tidak berarti
2

No respon
1
MOTORIK
Gerakan sesuai perintah
6

Dapat menunjukkan rangsang sensori di kulit
5

Gerakan menarik diri dari nyeri
4

Gerakan fleksi abnormal
3

Gerakan ekstensi abnormal
2

No respon
1
b.      Orientasi terhadap orang, tempat & waktu:
1)      Mengkaji orientasi terhadap orang : menanyakan namanya/respon membuka mata saat namanya dipanggil
2)      Mengkaji orientasi terhadap tempat : menanyakan alamat rumah, tempat sekarang berada (RS)
3)      Mengkaji orientasi terhadap waktu : menanyakan hari/tanggal, apakah siang/malam
c.       Daya ingat (Memori) :
Ada 3 jenis memori menurut waktu retensinya, yaitu :
1)      Immediate memory (segera setelah kejadian),mis : menanyakan naik apa ke RS
2)      Recent Memory (beberapa menit, jam & hari setelah kejadian),mis : sebelum masuk RS apakah klien sudah makan
3)      Remote memory / post memory (beberapa tahun=jangka waktu lama),mis: klien lahir dimana
d.      Kemampuan Bicara :
-          Kemampuan menerima & menyampaikan informasi
-          Pemeriksaan kemampuan menyampaikan informasi :Klien dianjurkan mengulangi kata/kalimat yang diucapkan pemeriksa, dinilai apakah klien mampu mengucapkan dengan jelas
-          Pemeriksaan kemampuan menerima informasi : Klien diminta untuk membaca kalimat kemudian pemeriksa menanyakan maksud bacaan/ klien diminta menulis kata/kalimat yang didiktekan pemeriksa, amati apakah klien dapat menulis dengan benar
2.      Test Fungsi Motorik dan Fungsi Cerebelum :
    1. Test keseimbangan :
Pasien disuruh berjalan lurus di jalan lintasan
    1. Test keseimbangan koordinasi :
Pasien disuruh tunjuk hidung sendiri dan tunjuk jari pemeriksa yang tepat berada di depan pasien secara bergantian terus menerus
    1. Test kekuatan otot/tonus otot :
Penilaian kekuatan otot dengan 2 cara :
-          Pemeriksa menggerakkan ekstremitas pasien dan pasien mempertahankan nya
-          Pasien menggerakkan ekstremitas pasien dan pemeriksa menahannnya
Penilaiannya menggunakan 6 penilaian /gradasi :
0        : Bila tidak terlihat kontraksi otot
1        : Terlihat kontraksi tetapi tidak ada gerakan pada sendi
2        : Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi
3        : Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan/melawan tahananpemeriksa
4        :Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang
5        : Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal

T ki
 
T ka
 
Pencatatan hasil pemeriksaan kekuatan otot adalah :
 





3.      Test Fungsi Sensori :
-          Tes sensibilitas daerah dermatom
-          Alat yang dipakai :
o   Jarum tajam dan tumpul
o    Botol berisi air hangat dan dingin
o   Garpu tala
-       Cara pemeriksaan :
o   Tutup mata pasien
o   Lakukan tes sensibilitas terhadap rangsang panas,, dingin, getar, posisi tajam dan tumpul mulai dari tangan sesuai dermatom
4.      Test Fungsi Reflek :
1)      Reflek Fisiologis :
    1. Reflek kornea :
Menyentuhkan kapas pada limbus kornea mata kanan dan pasien  disuruh melirik kekiri, begitu pula sebaliknya, kalau posistif mata pasien akan mengedip
    1. Reflek pharing :
Pharing pasien digores dengan spatel di katakan posistif bila reaksinya muntah, negatif bila pasien tidak muntah
    1. Reflek cahaya :
Mata di beri sinar penligth/senter dari samping, normalnya akan terjadi penyempitan dari  diafragma mata tersebut, pupil dari mata yang sebelah juga juga akan menyempit
    1. Reflek Biceps :
Mengetuk tendon otot triceps di daerah fossa kubiti dimana lengan pada posisi fleksi  didaerah siku, positif bila terjadi kontraksi otot bisep dan gerakan fleksi lengan bawah
65.gif
    1. Reflek Triceps :
Cara membangkitkannya dengan mengetuk tendon otot tricep di daerah siku di mana lengan pada posisi fleksi di daerah siku. Positif bila terjadi kontraksi otot tricep dan gerakan ekstensi lengan bawah.
66.gif
    1. Reflek Brachioradialis :
Mengetuk tendon otot brachioradialis di daerah proksimal pergelangan tangan, hasil positif bila terdapat kontraksi otot brachioradialis dan gerakan fleksi lengan bawah
67.gif
    1. Reflek Quadriceps :
Mengetuk tendon otot quadriceps didaerah lutut, posisi tungkai fleksi sendi daerah lutut, hasil positif bila terjadi kontraksi otot quadriceps di daerah achilles/gerakan ekstensi tungkai bawah
    1. Reflek Gastroremeus :
Mengetuk tendon otot gastrocemeus di daerah achiles, posisi tungkai sedikit fleksi di daerah lutut, hasil positif bila terdapat kontraksi otot gastrocremeus/gerakan ekstensi kaki
69.gif

2)      Reflek Pathologis :
-          Reflek Babinski
Menggores bagian lateral telapak kaki pasien dari belakang ke depan, hasil positif bila terdapat dorsoekstensi ibu jari & gerakan abduksi dari jari-jari lainnya
73.gif
-          Reflek Chaddock
Menggores bagian dorsoteral kaki pasien dari belakang kedepan, hasil positif bila gerakan dorsoekstensi dari ibu jari & gerakan abduksi dari jari-jari lainnya
  1. Test rangsang Meningeal :
    1. Tes kaku kuduk :
Klien berbaring tanpa bantal, lakukan fleksi leher ke lateral terlebih dahulu lemudian lakukan fleksi leher mendekatkan dagu ke sternum, positif bila kepala ikut terangkat leher tidak bisa fleksi
    1. Tanda Kernig :
Ekstensi sendi lutut pada posisi fleksi sendi paha 90 derajat akan menimbulkan  nyeri sepanjang perjalanan nervus ishiadicus
                                                                                                 


STANDART OPERATING PROCEDURE ( SOP)
PEMERIKSAAN NEUROLOGI

Nama Mahasiswa :……………………………………
No. Mahasiswa     :…………………………………...
No
Tindakan
NILAI
0
1
2

Tahap Pre Interaksi



1
Memvalidasi catatan medis pasien



2
Cuci tangan



3
Mempersiapkan peralatan :
o  Hamer reflek
o  Penlight




Tahap Orientasi




4
Memberi salam dan memperkenalkan diri



5
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan



6
Memberi kesempatan bertanya




Tahap Kerja




7
Tes Fungsi Cerebral :
-     Pemeriksaan tingkat kesadaran (GCS)
-     Pemeriksaan orientasi thd orang,waktu & tempat
-     Pemeriksaan memori
-     Pemeriksaan kemampuan bicara



8
Test Fungsi Motorik dan Fungsi Cerebelum :
-          Test keseimbangan
-          Test keseimbangan koordinasi
-          Test kekuatan otot/tonus otot



9
Test Fungsi Sensori



10
Test Fungsi Reflek :
Reflek Fisiologis :
·         Reflek kornea :
Menyentuhkan kapas pada limbus kornea mata kanan dan pasien  disuruh melirik kekiri, begitu pula sebaliknya.
·         Reflek pharing :
Pharing pasien digores dengan spatel
·         Reflek cahaya :
Mata di beri sinar penligth/senter dari samping, lihat  diafragma pupil kedua mata tersebut.
·         Reflek Biceps :
Mengetuk tendon otot triceps di daerah fossa kubiti dimana lengan pada posisi fleksi  didaerah siku.
Reflek Pathologis :
-          Reflek Babinski :
Menggores bagian lateral telapak kaki pasien dari belakang ke depan
-          Reflek Chaddock :
Menggores bagian dorsoteral kaki pasien dari belakang kedepan, hasil positif bila gerakan dorsoekstensi dari ibu jari & gerakan abduksi dari jari-jari lainnya



11
Test rangsang Meningeal :
-          Tes kaku kuduk :
Klien berbaring tanpa bantal, lakukan fleksi leher ke lateral terlebih dahulu kemudian lakukan fleksi leher mendekatkan dagu ke sternum
-          Tanda Kernig :
 Ekstensi sendi lutut pada posisi fleksi sendi paha  90 derajat




Tahap Terminasi



12
Mengevaluasi  Respon pasien



13
Kontrak waktu



14
Mencuci tangan




Dokumentasi




15
Mendokumentasikan : hasil & waktu pemeriksaan, nama & tanda tangan pemeriksa, respon pasien saat & setelah pemeriksaan




Total






                                                                                   







PEMERIKSAAN GENETALIA & ANUS

  1. Pemeriksaan Genetalia :
1.    Pemeriksaan Genetalia Pria :
-       Inspeksi warna, kelembaban, keutuhan,pembengkakan di daerah penis & testis
-       Inspeksi introitus uretra lihat discarge nanah
-       Inspeksi corona glandis, lihat adanya ulcus
-       Palpasi kedua scrotum & preputium, kaji adanya pembengkakan, fimosis & para fimosis
2.    Pemeriksaan Genetalia perempuan :
-          Inspeksi vagina secara keseluruhan adakah prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartholin
-          Inspeksi secret vagina :
o   Normal jernih tidak gatal
o   Coklat : Carsinoma,endometriosis
o   Putih berbusa : tricomonas vaginalis
o   Kuning kehijauan lengket : GO
  1. Pemeriksaan Anus :
Inspeksi ekterna,fissura,fistula, keganasan


STANDART OPERATING PROCEDURE ( SOP)
PEMERIKSAAN GENETALIA

Nama Mahasiswa :……………………………………
No. Mahasiswa     :…………………………………...
No
Tindakan
NILAI

0
1
2

Tahap Pre Interaksi



1
Memvalidasi catatan medis pasien    



2
Cuci tangan



3
Mempersiapkan peralatan :
-       Handscoon
-       Lampu senter/lampu sorot




Tahap Orientasi




4
Memberi salam dan memperkenalkan diri



5
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan



6
Memberi kesempatan bertanya




Tahap Kerja




7
Inspeksi :
1.           Pemeriksaan Genetalia Pria :
-       Inspeksi warna, kelembaban, keutuhan,pembengkakan di daerah penis & testis
-       Inspeksi introitus uretra lihat discarge nanah
-       Inspeksi corona glandis, lihat adanya ulcus
-       Palpasi kedua scrotum & preputium, kaji adanya pembengkakan, fimosis & para fimosis
2.           Pemeriksaan Genetalia perempuan :
-       Inspeksi vagina secara keseluruhan adakah prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartholin
-       Inspeksi secret vagina :
§  Normal jernih tidak gatal
§  Coklat : Carsinoma,endometriosis
§  Putih berbusa : tricomonas vaginalis
§  Kuning kehijauan lengket : GO




8
Palpasi
1.           Pemeriksaan Genetalia Pria :
Palpasi kedua scrotum & preputium, kaji adanya pembengkakan, fimosis & para fimosis
2.           Pemeriksaan Genetalia perempuan :
-                      Palpasi pubis & labia mayora
-                      Kaji adanya bengkak, merah dan nyeri




Tahap Terminasi



9
Mengevaluasi  Respon pasien



10
Kontrak waktu



11
Mencuci tangan




Dokumentasi




12
Mendokumentasikan : hasil & waktu pemeriksaan, nama & tanda tangan pemeriksa, respon pasien saat & setelah pemeriksaan




Total







PEMERIKSAAN EKSTREMITAS

  1. Ekstremitas Atas :
Persiapan :
-          Posisi pasien duduk
-          Anjurkan pasien melepas perhiasan pada pergelangan tangan & jari-jari tangan dan baju k/p
  1. Ekstremitas Bawah
Persiapan :
-          Posisi pasien duduk/berbaring
-          Anjurkan pasien melepas/menggulung celana
                                                                                                

STANDART OPERATING PROCEDURE ( SOP)
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS

Nama Mahasiswa :……………………………………
No. Mahasiswa     :…………………………………...
No
Tindakan
NILAI

0
1
2

Tahap Pre Interaksi



1
Memvalidasi catatan medis pasien    



2
Cuci tangan



3
Mempersiapkan peralatan :
o    




Tahap Orientasi




4
Memberi salam dan memperkenalkan diri



5
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan



6
Memberi kesempatan bertanya




Tahap Kerja




7
Ekstremitas Atas :
-          Inspeksi :
·           Perhatikan warna kulit, kekakuan sendi, kontraktur,
·           pembengkakan,injuri,benjolan
·           Perhatikan jumlah,bentuk & posisi jari
·           Perhatikan pertumbuhan & keadaan kuku
·           Perhatikan kemampuan gerak sendi pergelangan tangan & jari-jari tangan
·           Bandingkan kedua ekstremitas
Palpasi :
o    Kaji suhu punggung tangan
o    Palpasi sendi, ligamen, otot-otot & tendo pergelangan tangan
o    Lakukan gerakan pasif pergelangan tangan & jari-jari, kaji rasa nyeri &
o    kekakuan sendi
o    Bandingkan kedua ekstremitas



8
Ekstremitas Bawah :
-          Inspeksi :
·      Postur kolumna vertebra lumbal
·      Warna kulit, injuri, dislokasi, pembengkakan, inflamasi
·      Perhatikan gerakan aktif (sendi panggul & lutut)
·      Bandingkan kanan & kiri
-          Palpasi :
·      Perhatikan temperatur, pembengkakan, sendi, tonus otot, nyeri tekan
·      Perhatikan pulsasi (frekuensi&irama) arteri femoralis,dorsalis
·      pedis,tibia posterior
·      Palpasi kelenjar limfe di inguinal
·      Lakukan gerakan pasif di sendi panggul&lutut
·      Kaji adanya pitting oedema




Tahap Terminasi



9
Mengevaluasi  Respon pasien



10
Kontrak waktu



11
Mencuci tangan




Dokumentasi




12
Mendokumentasikan : hasil & waktu pemeriksaan, nama & tanda tangan pemeriksa, respon pasien saat & setelah pemeriksaan




Total